Kamis, 04 Desember 2014

Home?

I'm a phoenix in the water
A fish that's learned to fly
And I've always been a daughter
But feathers are meant for the sky

So I'm wishing, wishing further
For the excitement to arrive
It's just I'd rather be causing the chaos
Than laying at the sharp end of this knife
With every small disaster
I'll let the waters still
Take me away to some place real
'Cause they say home is where your heart is set in stone
It's where you go when you're alone
It's where you go to rest your bones
It's not just where you lay your head
It's not just where you make your bed
As long as we're together, does it matter where we go?
Home
Home
So when I'm ready to be bolder,
And my cuts have healed with time
Comfort will rest on my shoulder
And I'll bury my future behind
I'll always keep you with me
You'll be always on my mind
But there's a shining in the shadows
I'll never know unless I try
With every small disaster
I'll let the waters still
Take me away to some place real
'Cause they say home is where your heart is set in stone
It's where you go when you're alone
It's where you go to rest your bones
It's not just where you lay your head
It's not just where you make your bed
As long as we're together, does it matter where we go?
Home



Home by Gabrielle Aplin


Hi! I'm really into this song for several months earlier. Accidentally in love with it right after the melodies jump through my ears. Just call it, love at the first sound?hearing? emm whatever.
Yap, as always, I love to find out some new songs in youtube just by typing a keyword which is really me..I mean really represent my current mood. When my feeling for someone is so strong, I used to type secret admirer or silent love song or every single words related to it, for instance. Ha ha ha. At least, i have a new song to play on path :p

Anw, I've started to analyse each verse of this so-much-touching lyrics by the talented, Gabrielle Aplin, but.......failed. I always got my self stuck on "What's exactly the message that she try to deliver in this song?". She talks about home many times, but.. home? who is her home? what does home mean for her? 

Everyone has their own meaning about home, so does Gabrielle. For her,
Home is where your heart is set in stone
It's where you go when you're alone
It's where you go to rest your bones
 It's not just where you lay your head
It's not just where you make your bed 
Then, for me?

Home is not just a place. It is a feeling
'It's not about the house I was in, but the people i was with'

Home is where my mom cooks my all-time favorite dishes
It's where my mom knows that I need her....And she's always there

Home is the smell of my dad's sweat after 6 hours outdoor tennis-play
It's where my dad knock the door and bring me sop saudara or kaledo for lunch
And I brigthly smile..feel so happy like a little.

Home is where I can wear the same super-oversized T-Shirt for 2-3 days
It's where I can stand not taking a shower for days. Lock my self in my room and do some idiot things.

Home is the sound of my mom's laugh, my rabbit's boundless joy, and a cup of hot milo on sunday morning, rain is falling haha.  *I miss cimot, anw :( Rest In Peace, deary.

Home is where my mom would wake the whole house with her music (morning ritual)
It's where I finally realize that JAZZ is my passion, indeed.

Home is everything about loneliness, but I enjoy it.
Have no sister/brother to play, to share, to cry to, to lean on, to play a joke on, etc. But lucky me, I always have foods,

Home is a place where I can put my feet up, watching TV series and enjoying my french fries.
Of course, with phone on my hand.

Home is a place where i can divide my eat portion into 3 rounds with feeling guilty...
Guilty pleasure :p

Home is place where i don't need to set my GPS to reach there, because i perfectly know the route just by intuition. No worries about getting lost.

And the best thing about home is..
a place where I was surrounded by the ones I love, my family. My little family.

Yaaap..I am just a homesick child who missing every pieces of memories bout home; childhood-girlhood and everything.
Home means so much to me, to everyone I bet. And those are a few meaning of home to me.


One thing you should know,


"In life you're gonna go far, and if you do it right you'll love where you are...
Just know, that wherever you go, you can always come back home" - Jason Mraz

Maybe, i should come back home.

Sabtu, 29 November 2014

Emang ngga penting

Setelah mengkaji beberapa entri di 3bahkan 5 tahun kebelakang...
Tibalah aku di satu kesimpulan bahwa aku emang garing banget dulu.
Bukan hanya garing, tapi juga alay.
Semoga kita sama-sama alay, ya.
Semoga alay itu memang gaul yang tertunda.
Hmm tenang aja, saudara. It's just a matter of time, kok.

Eh, tapi heran.
Alay-alay gini kok yang follow banyak ya?
Statistik blogku juga terus meningkat
Viewersnya juga.
Ih suka lucu.

Jadi bingung..

Oh iya ding, kan dulu ya. Pas lagi musim blog.

By the way, pengen deh aku hapus.
Tapi, sayang...

Jadi yaudah, deh.
Aku biarin aja kali ya
Tau aja bermanfaat.

Iya, (((BERMANFAAT)))


Btw, punya blog sejak 5 tahun yang lalu itu rasanya....gini ya

Kamis, 20 November 2014

JANGAN CUMA JAGO KANDANG

Kampung halaman umumnya selalu jadi tempat terbaik di dunia. Segalanya ada dan semua terasa mudah saat berada di kampung halaman. Zona nyaman yang diciptakannya seakan menjadi magnet yang mempunyai daya tarik begitu kuat, hingga membuat kita sulit untuk berpindah. Disana kita dilahirkan, dimanja, tumbuh dan berkembang di sisi orangtua dan keluarga. Bukan hanya kebahagiaan fisik atau materi yang dapat dirasakan saat berada di kampung halaman, melainkan yang paling penting adalah kebahagiaan jiwa.
Istilah merantau bukanlah hal yang asing lagi di telinga masyarakat. Menurut Wikipedia, merantau adalah perginya seseorang dari tempat ia tumbuh besar ke daerah lain untuk mencari pekerjaan atau pengalaman. Terdapat beberapa etnis yang melakukan aktivitas merantau dalam jumlah yang sangat signifikan, sehingga disebut sebagai suku perantau, yaitu Suku Minangkabau, Suku Bugis-Makassar, Suku Banjar, Suku Madura dan Suku Bawean.
Banyak orang yang tidak memiliki keberanian untuk berpindah atau merantau karena rasa nyaman dan berbagai ketakutan/ hal-hal negatif yang ia ciptakan dan tancapkan sendiri ke dalam pola pikirnya. Untuk apa susah-susah merantau kalau apa yang kita inginkan dan kita butuhkan akan terjamin saat kita berada disamping orangtua? Hal-hal yang kita butuhkan akan diusahakan semaksimal mungkin oleh orangtua. Saat merasa lapar, kita tidak perlu jauh-jauh mencari makan, tidak seperti para perantau yang berusaha mencari sendiri dengan tentunya memperhitungkan kondisi keuangannya. Disaat akhir bulan kita tidak perlu repot-repot membatasi pengeluaran, menghitung secara detail biaya makan dan mengkhawatirkan kondisi ‘kantong’ sebab orangtua ada disamping kita. Saat menderita suatu penyakit, kita tidak perlu memikirkan bagaimana mobilitas untuk ke rumah sakit karena ada orangtua atau keluarga di sekeliling kita, lain halnya dengan perantau yang mengurus segala sesuatunya sendiri.
Namun, ada satu titik dimana kita dihadapkan oleh pertanyaan “Sampai kapan kita akan terus bergantung pada orangtua?” “Haruskah kita berpindah?” Sanggupkah kita meninggalkan zona nyaman itu?”. Jawabannya tergantung pada perspektif masing-masing individu. Bagaimana tiap individu menyikapi dan memahami hal tersebut, termasuk keuntungan dan pasti kerugian bahkan resikonya.
Rantau
Menurut Purdi E. Chandra, keberanian merantau itu perlu kita miliki, karena dengan merantau berarti kita berani meninggalkan lingkungan keluarga. Sebab, ketika kita berada di lingkungan keluarga kita akan tetap dianggap sebagai anak kecil, sekalipun kita sudah tumbuh besar atau dewasa. Sehingga, hal itu tentunya akan membuat kita tergantung dan tidak mandiri yang mengakibatkan kita mudah patah semangat atau putus asa, tidak berani menghadapi tantangan atau resiko. Tingkat ketergantungan kita terhadap orang lain juga akan menjadi semakin tinggi jika “cuma jago kandang”. Bagaimana katak bisa menjadi dewasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri kalo keluar dari tempurung saja ia tidak berani?

“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan mendapat mangsa. Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran. Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam. Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang. Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan”
Sebagai seorang mahasiswi perantau, nasihat dari Imam Syafi’I diatas seakan menjadi cambuk motivasi bagi saya. Saya memutuskan untuk hijrah dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa sejak Agustus 2013, atas dasar niat untuk melanjutkan pendidikan. Mau tidak mau, saya harus siap menghadapi lingkungan baru, budaya baru, serta tantangan yang pastinya tidak sedikit.
Berbagai perbedaan yang saya rasakan mulai dari bahasa, kebiasaan, makanan hingga volume suara. Saya sempat mengalami culture shock saat awal-awal menginjakkan kaki di Bandung, kota yang saya pilih untuk melanjutkan pendidikanku. Culture Shock atau dalam bahasa Indonesia disebut gegar budaya adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Awalnya, lidah saya terasa sangat asing dengan masakan Sunda yang cenderung asin, sangat asin. Begitu pula dengan volume suara orang Sunda yang begitu lembut, berbanding terbalik dengan orang Sulawesi yang terkesan kasar dimata orang Sunda.
Tidak berhenti sampai disitu, perbedaan lainnya datang dari istilah dalam sehari-hari. Para perantau yang memilih Bandung sebagai kota tujuannya dituntut untuk sedikit demi sedikit bisa berbahasa Sunda, sebab masyarakat kebanyakan tetap menggunakan beberapa bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari seperti “punten”, “nuhun”, “mangga” dan lainnya. Jika ingin naik angkot pun, disarankan untuk menggunakan bahasa atau dialek Sunda agar menghindari hal negatif yang tidak diinginkan. Merantau memang sebuah tantangan!
Semakin lama, saya semakin terbiasa dengan berbagai hal itu. Rasa nyaman perlahan mulai terasa, walaupun tidak senyaman di kampung sendiri. Kerinduan akan kampung halaman atau sering dikenal homesick juga dapat sedikit teratasi berkat peran UKMS (Unit Kegiatan Mahasiswa Sulawesi). Saya belajar banyak hal yaitu tentang aspek sosial dan budaya etnis lain. Bangga karena orang-orang tahu saat saya menyebutkan kata “Palu”, walaupun sebatas dari sisi Palu sebagai ibukota provinsi atau karena kejadian kecelakaan pesawat beberapa tahun silam, bukan dari sisi ciri khas budaya lokalnya. Namun, ada satu hal yang sedikit mengecewakan yaitu minat masyarakat Palu khususnya pelajar dalam hal merantau tergolong masih sedikit. Buktinya saya adalah satu-satunya mahasiswa dari Palu, Sulawesi Tengah di kelas bahkan rasanya di jurusan saya. Sungguh sangat disayangkan.
Merantau memang prinsip hidup. Merantau dapat mengembangkan kualitas dan kapasitas diri agar lebih maksimal menghadapi tantangan zaman. “Jika engkau tinggalkan tempat kelahiranmu, akan engkau temui derajat mulia di tempat yang baru dan engkau bagaikan emas yang sudah terangkat dari tempatnya”. Itulah salah satu cara Imam Syafi’I bersyair. Jangan cuma jago Kandang! Bagaimana engkau bisa menikmati bumi Allah SWT kalau engkau tetap berdiam diri di “kandang”mu? Merantaulah! Anggap itu warna dalam hidup dan cerita untuk cucu-cucumu kelak. Mari kita tekadkan diri kita untuk menjadi seorang perantau. Jangan sampai sepanjang hidup kita, mulai dari lahir sampai mati berada di tempat yang sama. Jadi, apa masih perlu berpikir dua kali untuk merantau? 
PS: tugas akhir di matakuliah Bahasa Indonesia Semester 1. 

BLAH BLAH AFTER A LENGTHY HIATUS.

HI, BLOG!

AAAA IT'S SERIOUSLY BEEN SO LONG SINCE MY LAST POST HERE :(

Ugh, so sorry for the hiatus. I know I've been extremely quiet for the past....emm wait, i even can't remember how long-_-

But, No Worries! I'm back! 
(Fine. I know. I've got nobody waiting for me)

Well. I've been super busy (just say pretend to be busy:p) and my life has been a whirlwind lately-_- 
Hff you know college makes me worry a lot and...(sorry to say) a lil bit depressed. Haha. Too many tubes or tugas besar or final project, whatever you may call. And you should know one thing! I meet STATISTICS this semester. Syukurnya pake kalkulator with an open-book exam. HAHA. God saved my life! :')

And I finally decided to get involved in some organizations this year *YEY*. No more kupu-kupu (the one who just stupidly attend the class then going back home right after the class finish..a day spent with being busy doing nothing, eat-watching TV series-sleep-and so on). No more cuddling with pillow all day long. No more chubby cheeks. No more nongki di cafe atau indomaret point ampe malem haha. No more going to cinema twice in a week. And another thousands "No more" in my mind......

Hmm btw, I'm currently on 3rd semester of Marketing Communication. Pretty fast, right?!
On December, I'll have my final test for 2 weeks. It means, holiday is getting closer and closer hihi. So, I plan to spend my holiday in Jkt, Jogja then Palu, perhaps. So, anyone wants to go with meeeee? I'm waiting.

Kamis, 20 Februari 2014


WE WILL ALWAYS BE FRIENDS BECAUSE 
YOU MATCH MY LEVEL OF CRAZY

Dibalik Pelupa


 “Eh, tunggu. Handphoneku mana ya? Perasaan aku bawa deh!!!”
“Dasar, silvia. Semuanya aja kamu lupa! Sekalian aja bawa telepon rumah, kan gede tuh jadi ga bakalan lupa naronya pasti”
Namanya Silvia Paramita. Gadis perantau ini lebih akrab disapa Sil. Aku mengenalnya sejak pertama kali ia tinggal di kontrakan ini. Selain dikenal sebagai gadis yang friendly, ia juga dikenal dengan kebiasaannya yang mengobrak-ngabrik isi tas setiap saat, dimana pun dan kapan pun. Kebiasaan lupanya sudah diketahui banyak orang. “Bagai mencari jarum di tumpukan jerami” itulah pribahasa yang pas disematkan kepadanya saat ia mulai mencari sebuah benda dalam tasnya yang tampak lebih seperti kantung ajaib punya doraemon. Syukur kalau benda yang ia cari memang sedang ia bawa, kalau tidak? Pribahasa tersebut berubah menjadi “Bagai mencari jarum yang tidak ada di tumpukan jerami”. Ironis memang.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, hari itu ia mengawali paginya dengan membuat semangkuk sereal berwarna cokelat kesukaannya, walaupun pada akhirnya sereal tersebut menjadi santapan dua tikus yang semalam mengendap masuk lewat lubang kecil dekat ventilasi dapur. Bukannya langsung memakan sereal yang telah ia buat, ia malah sibuk mencari kunci motor yang sebenarnya aku tahu letaknya. Sepasang tikus itu tahu betul penyakit lupa yang diderita si tuan rumah.
“Lambat lagi, sil? Ya ampun hari terakhir ngampus masih juga lupa. Pasti kunci motornya hilang lagi ya?” goda Lia, sahabatnya.
“Iya nih. Masa sih jelas-jelas aku taruh di kursi, eh tiba-tiba gak ada. Capek ih aku lupa mulu. Gimana caranya biar ilang sih” ucap Silvia sambil sedikit merengek.
“Eh iya, di flash disk Agus kemaren, aku baca file gitu tentang Irwan Widiatmoko, peraih rekor MURI dalam hal daya ingat itu. Dia punya ilmu makanya bisa jago kayak nginget.  Ilmunya : berbicara kepada benda pada saat menyimpannya! Ingatan kita akan dibantu dengan baik oleh mata maupun telinga. Jadi, barang-barangmu itu kamu namain, terus pas kamu mau nyimpen kamu ngomong seolah-olah dia hidup gitu” jelas Lia dengan semangat bak pejuang 45
“Hahaha kocak ih, tapi boleh deh dicoba. Semoga aja sukses!”
Sesampainya di rumah, ia mulai mengimplementasikan ilmu yang ia dapatkan dari sahabatnya. Ia mulai berbicara sendiri seperti orang gila. Ah, andai saja dia bisa berbicara denganku.. Silvia meletakkan barang-barangnya di sebuah kotak besar dan beberapa kotak kecil yang dikelompokkan sesuai jenisnya. Aku mengikutinya dari belakang sambil menyiapkan ide jahilku. “Berta, kamu disini ya. Ntar kalo aku cari kamu jangan kemana-mana” ucapnya pada sebuah kunci motor. “Kamu juga ya Blue diem di kotak kecil ini, ntar siang aku mau keluar pasti panas banget!” Ucapnya pada sepasang kaus kaki berwarna biru turquoise favoritnya seraya pergi untuk bersiap-siap. Silvia tak sadar, seperti handphone dan beberapa barang lain,  kaus kakinya juga telah disembunyikan oleh sosok yang tak terlihat, yaitu aku.

Selasa, 18 Februari 2014

Guna & Makna Fotografi

“Foto yang baik bukanlah teknis semata, tapi juga konten”. Ungkapan tersebut tentunya sangat disetujui oleh para pecinta fotografi yang sesungguhnya. Sebuah karya foto yang baik tercipta bukan hanya dari bagaimana canggihnya kamera yang kita punya, namun lebih ke bagaimana foto tersebut dapat menyiratkan atau menyampaikan sebuah makna. Terkadang, kesederhanaan dalam fotolah yang membuat foto tersebut bernilai seni tinggi sehingga dihargai dengan harga yang tinggi pula, contohnya saja foto Andreas Gursky berjudul “Rhine II” (1999) dengan harga  Rp 38.590.957.500 yang di mata orang awam mungkin hanya foto yang biasa saja.
Foto menjadi sebuah bukti atau saksi yang bisa menyimpan segala kenangan dari setiap peristiwa penting yang terjadi di dunia, keluarga dan kehidupan pribadi seperti contohnya foto masa kecil, foto keluarga terdahulu, foto sejarah kemerdekaan dan lainnya. Tidak heran kalau banyak orang yang hobi berfoto-ria demi mengabadikan setiap momen, baik itu bahagia, sedih, tragis, dan lainnya. Sebuah foto dapat menjelaskan makna sebenarnya yang bahkan lebih dari sebuah kata. Ibaratnya, sebuah foto bernilai seribu kata.
­­­­Selembar foto juga dapat membawa kita kembali ke momen-momen di dalam foto tersebut dan mengingatkan kita kembali pada seribu kenangan yang telah terjadi dahulu. Ia merekam sebuah momen yang tidak akan terulang dengan sangat cepat. “Photography is not just about taking pictures, it is more about preserving the moments”.
Adanya fotografi sangatlah berguna bagi manusia. Bisa dilihat dalam bidang jurnalistik, selain untuk memperindah halaman dan membuatnya lebih menarik, ­­foto juga berguna sebagai pelengkap unsur berita itu sendiri. Sesuai dengan  sifatnya, universal, sebuah foto tentunya dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat dari berbagai latar belakang.
            Foto juga sangat berguna dalam hal keamanan dan administrasi kependudukan yang sering kita temui yaitu foto KTP/SIM. Selain itu, foto juga sangat berfungsi dalam kegiatan promosi yaitu sebagai bukti dan untuk menarik konsumen agar mau membeli, contohnya saat kita ingin menjual rumah/barang di situs-situs tercepat seperti berniaga.com atau tokobagus.com fotolah yang menjadi unsur terpenting. (doc: dindaishah)

“Nothing happens when you sit at home. I always make it a point to carry a camera with me at all times…I just shoot at what interests me at that moment Elliott Erwitt