Kamis, 20 Februari 2014

Dibalik Pelupa


 “Eh, tunggu. Handphoneku mana ya? Perasaan aku bawa deh!!!”
“Dasar, silvia. Semuanya aja kamu lupa! Sekalian aja bawa telepon rumah, kan gede tuh jadi ga bakalan lupa naronya pasti”
Namanya Silvia Paramita. Gadis perantau ini lebih akrab disapa Sil. Aku mengenalnya sejak pertama kali ia tinggal di kontrakan ini. Selain dikenal sebagai gadis yang friendly, ia juga dikenal dengan kebiasaannya yang mengobrak-ngabrik isi tas setiap saat, dimana pun dan kapan pun. Kebiasaan lupanya sudah diketahui banyak orang. “Bagai mencari jarum di tumpukan jerami” itulah pribahasa yang pas disematkan kepadanya saat ia mulai mencari sebuah benda dalam tasnya yang tampak lebih seperti kantung ajaib punya doraemon. Syukur kalau benda yang ia cari memang sedang ia bawa, kalau tidak? Pribahasa tersebut berubah menjadi “Bagai mencari jarum yang tidak ada di tumpukan jerami”. Ironis memang.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, hari itu ia mengawali paginya dengan membuat semangkuk sereal berwarna cokelat kesukaannya, walaupun pada akhirnya sereal tersebut menjadi santapan dua tikus yang semalam mengendap masuk lewat lubang kecil dekat ventilasi dapur. Bukannya langsung memakan sereal yang telah ia buat, ia malah sibuk mencari kunci motor yang sebenarnya aku tahu letaknya. Sepasang tikus itu tahu betul penyakit lupa yang diderita si tuan rumah.
“Lambat lagi, sil? Ya ampun hari terakhir ngampus masih juga lupa. Pasti kunci motornya hilang lagi ya?” goda Lia, sahabatnya.
“Iya nih. Masa sih jelas-jelas aku taruh di kursi, eh tiba-tiba gak ada. Capek ih aku lupa mulu. Gimana caranya biar ilang sih” ucap Silvia sambil sedikit merengek.
“Eh iya, di flash disk Agus kemaren, aku baca file gitu tentang Irwan Widiatmoko, peraih rekor MURI dalam hal daya ingat itu. Dia punya ilmu makanya bisa jago kayak nginget.  Ilmunya : berbicara kepada benda pada saat menyimpannya! Ingatan kita akan dibantu dengan baik oleh mata maupun telinga. Jadi, barang-barangmu itu kamu namain, terus pas kamu mau nyimpen kamu ngomong seolah-olah dia hidup gitu” jelas Lia dengan semangat bak pejuang 45
“Hahaha kocak ih, tapi boleh deh dicoba. Semoga aja sukses!”
Sesampainya di rumah, ia mulai mengimplementasikan ilmu yang ia dapatkan dari sahabatnya. Ia mulai berbicara sendiri seperti orang gila. Ah, andai saja dia bisa berbicara denganku.. Silvia meletakkan barang-barangnya di sebuah kotak besar dan beberapa kotak kecil yang dikelompokkan sesuai jenisnya. Aku mengikutinya dari belakang sambil menyiapkan ide jahilku. “Berta, kamu disini ya. Ntar kalo aku cari kamu jangan kemana-mana” ucapnya pada sebuah kunci motor. “Kamu juga ya Blue diem di kotak kecil ini, ntar siang aku mau keluar pasti panas banget!” Ucapnya pada sepasang kaus kaki berwarna biru turquoise favoritnya seraya pergi untuk bersiap-siap. Silvia tak sadar, seperti handphone dan beberapa barang lain,  kaus kakinya juga telah disembunyikan oleh sosok yang tak terlihat, yaitu aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar