“Eh, tunggu. Handphoneku mana ya? Perasaan aku
bawa deh!!!”
“Dasar, silvia.
Semuanya aja kamu lupa! Sekalian aja bawa telepon rumah, kan gede tuh jadi ga
bakalan lupa naronya pasti”
Namanya
Silvia Paramita. Gadis perantau ini lebih akrab disapa Sil. Aku mengenalnya
sejak pertama kali ia tinggal di kontrakan ini. Selain dikenal sebagai gadis
yang friendly, ia juga dikenal dengan
kebiasaannya yang mengobrak-ngabrik isi tas setiap saat, dimana pun dan kapan
pun. Kebiasaan lupanya sudah diketahui banyak orang. “Bagai mencari jarum di tumpukan
jerami” itulah pribahasa yang pas disematkan kepadanya saat ia mulai mencari
sebuah benda dalam tasnya yang tampak lebih seperti kantung ajaib punya
doraemon. Syukur kalau benda yang ia cari memang sedang ia bawa, kalau tidak?
Pribahasa tersebut berubah menjadi “Bagai mencari jarum yang tidak ada di
tumpukan jerami”. Ironis memang.
Seperti
pagi-pagi sebelumnya, hari itu ia mengawali paginya dengan membuat semangkuk
sereal berwarna cokelat kesukaannya, walaupun pada akhirnya sereal tersebut
menjadi santapan dua tikus yang semalam mengendap masuk lewat lubang kecil
dekat ventilasi dapur. Bukannya langsung memakan sereal yang telah ia buat, ia
malah sibuk mencari kunci motor yang sebenarnya aku tahu letaknya. Sepasang
tikus itu tahu betul penyakit lupa yang diderita si tuan rumah.
“Lambat
lagi, sil? Ya ampun hari terakhir ngampus masih juga lupa. Pasti kunci motornya
hilang lagi ya?” goda Lia, sahabatnya.
“Iya
nih. Masa sih jelas-jelas aku taruh di kursi, eh tiba-tiba gak ada. Capek ih aku
lupa mulu. Gimana caranya biar ilang sih” ucap Silvia sambil sedikit merengek.
“Eh
iya, di flash disk Agus kemaren, aku baca file gitu tentang Irwan Widiatmoko,
peraih rekor MURI dalam hal daya ingat itu. Dia punya ilmu makanya bisa jago
kayak nginget. Ilmunya : berbicara
kepada benda pada saat menyimpannya! Ingatan kita akan dibantu dengan baik oleh
mata maupun telinga. Jadi, barang-barangmu itu kamu namain, terus pas kamu mau
nyimpen kamu ngomong seolah-olah dia hidup gitu” jelas Lia dengan semangat bak
pejuang 45
“Hahaha
kocak ih, tapi boleh deh dicoba. Semoga aja sukses!”
Sesampainya
di rumah, ia mulai mengimplementasikan ilmu yang ia dapatkan dari sahabatnya.
Ia mulai berbicara sendiri seperti orang gila. Ah, andai saja dia bisa berbicara
denganku.. Silvia meletakkan barang-barangnya di sebuah kotak besar dan
beberapa kotak kecil yang dikelompokkan sesuai jenisnya. Aku mengikutinya dari
belakang sambil menyiapkan ide jahilku. “Berta, kamu disini ya. Ntar kalo aku
cari kamu jangan kemana-mana” ucapnya pada sebuah kunci motor. “Kamu juga ya
Blue diem di kotak kecil ini, ntar siang aku mau keluar pasti panas banget!”
Ucapnya pada sepasang kaus kaki berwarna biru turquoise favoritnya seraya pergi
untuk bersiap-siap. Silvia tak sadar, seperti handphone dan beberapa barang
lain, kaus kakinya juga telah
disembunyikan oleh sosok yang tak terlihat, yaitu aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar